Kamis, 18 April 2024

Warung Mie Ayam dan Harapan di tengah Hujan


Warung mie ayam menjadi tempat berteduh dikala perjalanan pulang kantor terguyur derasnya air hujan. Pagi tadi diingatkan istri tuk bawa mantel, namun aku tak mengindahkannya. Alhasil, harus menunggu selesai hujan yang biasanya tidak lebih dari satu jam.

Gorong gorong itu sudah tak mampu menampung derasnya hujan menjadikan jalan kahfi satu depan alfa midi ini terlihat seperti kali. Volume air yang begitu banyak itu menuju ke dataran rendah melalui pinggiran jalan.

Semangkuk Mie ayam telah masuk ke lambungku. Kebetulan sehari berada di kantor, tidak ada makan siang. Aku harus bersabar sedikit menunggu di warung mie ayam ini sampai hujan reda. inilah warung mie ayam kesekian yang aku singgahi seperjalanan pulang kantor.

Belasan taun mengabdi pada instansi pemerintah telah mengangkat derajat ekonomi. Meski demikian, aku tersadar untuk tak jauh menuai rejeki yang telah ditakdirkan. Hanya sampai pada batasan cukup untuk bertahan hidup dan membiayai anak anaku sampai selesai kuliah Sarjana.

Itulah harapan di Warung Mie Ayam.

Senin, 15 April 2024

Pantai Parang Tritis


Kehebatan wisata pantai yang aku kenal puluhan tahun lalu, tak lekang oleh waktu. Pantai di dekat makam Syeh Bela Belu, masih ramai dikunjungi oleh wisatawan. Ombak nan mempersona dan mitos Nyi Roro Kidul menjadi arena bermain pagi hari.

Lebaran ketiga 1445 Hijriyah, aku membersamai ketiga anaku bermain adrenalin pasir pantai dan gulungan ombak. Tak lupa untuk menjaja foto bersama meski hati dongkol karena merasa diintimidasi oleh harga sewa bagdrop bertuliskan "Pantai Parang Tritis.

Catatan kecilku di taun 2024 adalah begitu banyak sampah yang mendekati bibir pantai. Sampah kemasan makanan telah menjamur bahkan tidak mampi dibersihkan secara tunai oleh petugas kebersihan.

Penjaja tikar sejam atau dua jam 20 ribu tanpa payung menjadi pelengkap fasilitas dimana WC dan Kamar Mandi naik menjadi 5 ribu per orang disaat musim liburan dan lebaran.

Akhirnya, hampir rutin taunan menyanbangi pantai selatan. Gunung, Pegunungan, dan Laut menjadi obyek wisata alam di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sabtu, 13 April 2024

Tebing Brexi


Lepas sholat berjamaah subuh di Masjid Agung Kabupaten Sleman di penghujung ramadhan, aku mengajak anak anak mengunjungi Wisata Tebing di bukit prambanan. Berlokasi di atas keraton Ratu Boko, Tebing yang infonya bekas daerah penambangan tradisional berubah menjadi lokasi wisata.

Dana keistimewaan dari negara pun mendarat guna mempercantik lokasi demi mingkatkan pendapatan daerah. lokasi konser musik, tempat ngopi, sampai dengan homestay telah mewarnai tebing brexi. pun spot foto yang dilengkapi dengan dekorasi sebagai latar belakang foto.

Ketiga anaku ditemani oleh kakung nya yang memang pernah mengunjungi lokasi wisata tersebut. Wisata yang mengasah fisik dengan menaiki tangga dan berjalan itu menjadi pengisi sebelum malam takbiran 1445 Hijriyah

Kamis, 11 April 2024

Keraton Ratu Boko


Nasywa menyebut Keraton Ratu Boko setelah selesai berburu data wisata melalui gawainya. Penghujung Ramadhan 1445 Hijriyah, ajakan anak anak menyeret kakungnya untuk mendatangi obyek wisata di Yogyakarta. Nasywa mendapati keraton di masa 900 tahun yang lalu pada hari Selasa 9 April 2024 yang berada Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Disebut dengan keraton, meski kini tinggal petilasan bebatuan seiring hukum alam dan kehidupan manusia menjadi hal yang terus berpadu. Kota Budaya Yogyakarta memiliki peninggalan mahakarya agung beratus tahun lamanya. Keganasan alam dengan gunung merapi telah menghancurkan peradaban salah satunya Keraton Ratu Boko.

Tiket masuk untuk anak 20 ribu dan dewasa 40 ribu dibawah pengelolaan Badan Usaha Wisata Indonesia itu mempercantik kawasan agar layak dikunjungi. Tempat wisata yang bukan hanya menjual informasi legenda namun hektaran luas tanah dan bangunan telah menyerap ratusan tenaga kerja.

Bagi ara pengunjung yang berminat, kehadiran tour guide akan melengkapi wisata informasi masa lalu. Pengunjung perlu mempersiapkan fisik yang cukup siap dikarenakan lokasi candi yang berada diatas bukit dengan anak tangga dan jarak per bangunan yang memakan tenaga untuk berjalan.

semoga kedepan ada inovasi berupa kereta listrik atau kereta bertenaga matahari sehingga pengunjung dapat dimanjakan untuk menyaksikan petilasan keraton ratu boko

Lebaran I 1445

Lebaran pertama adalah hari dimana aku sholat ied di sucen, tempat dimana aku dibesarkan. setelah mengunjungi makam almarhum ibu, aku pun langsung bergerak mendatangi keluarga ibu dan saudara bapak. lanjut, aku bergerak menuju villa mertua indah.

Sedikit cerita silsilah keluarga menjadi bahan untuk Nasywa mengenal anggota keluarga. Malam pasca belanja peralatan tulis di Sleman City Hall, 38 orang dari keluarga almarhum ibu dan 36 orang anggota keluarga dari bapak berhasil diidentifikasi nama namanya oleh Nasywa.

Jepretan gambar di rumah lek amat meninggalkan memori sekilas tentang keterhubungan saudara dengan seketurunan dari mbah harto wiyono.

Mbah Harto Wiyono memiliki 5 anak yakni Saudah, Romilah, Amat Djaelani, Siti Aisyah, dan Siti Fatiyatun. Cucu dari anak pertama terdiri dari Agung, Mamat, dan Nina. Aku berada di generasi cucu dari anak kedua, Almarhum Ibu cerita Romilah. aku bersama adiku ari telah menjadi cucu yang menghasilkan buyut 5 orang.

Nayla, Nasywa, Dipta, Rara dan Chika menjadi buyut Mbah Harto dengan tambahan lim orang dari mbokdhe Saudah. ada anak balita yang berada di garia cucu yakni wegig dan wafidh.

Cerita diatas adalah rangkaian kata untuk menggambarkan kehadian lebaran pertamaku di kampung halaman. Masih terdapat silsilah keluarga bapak yang dibuat oleh Nasywa. dimana mbah adi utomo sebagai keluarga jalur bapak mempunyai lima anak.

Wahono, Taryono, Supreh, Supriyanto, dan Slamet membawa cucu berjumlah sembilan orang. Nurul dan Ari, kemudian Agus, Anto, Aris dan Nita, lanjut ke Yanto dan Uni, halifah dan dua anak yang aku lupa namanya dari lek Slamet.

Berakhirlah hari pertama lebaran dengan setengah hari di Sucen dan lanjut ke tengah berikutnya di Jabung dengan menyambut tamu keluarga mertua.

Senin, 08 April 2024

Petilasan mbah marijan


Selepas jamaah subuh di Masjid Suciati, Veloz mengantarkan ke petilasan museum Petilasan Mbah Marijan. Meski sempat merasa ketakutan atas kehabisan BBM dan jalanan menanjak, akhirnya di Senin 8 April 2024 kembali mengenang kembali Kinahrejo.

Basecamp pertama bagi pendaki gunung, dimana penjaga gunung merapi legendaris mendedikasikan hidupnya untuk alam di Sleman Yogyakarta.

Pandangan mataku tak mampu menghalang berjejernya usaha penjaja wisata jeep lava tour. Sampai sepanjang jalan itu diberikan plang nama jalan lava tour merapi. Status gunung siaga tiga yang tetap didatangi oleh pelancong dari luar kota, menjadikan wilayah tertata dan terbangun dengan cepat.

Aku yang bukan wisatawan menyaksikan driver penjaja wisata gunung merapi menerangkan sati demi satu rangkaian kejadian erupsi Gunung di tahun 2010 kepada para penumpangnya setelah parkir di area mbah marijan.

Akhirnya, Jembatan Kalikuning dan Kaliadem, melengkapi nama kali setelah kaliurang sebagai pelengkap kepulanganku di sesi Mudik Lebaran 2024. Perjalanan iseng kepagian itu menjadi warna baru menjalin keakraban dengan ketiga anaku