Cumen cerita, Menyibak hikmah, ngaji, serba serbi, syukur, keseharian, hiburan, mikir, kearsipan

Tampilkan postingan dengan label gowes. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gowes. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Maret 2022

Sepedaan Ngantor


Bike to work, atau sepedaan ngantor untukku adalah berkah pandemi Covid. Bermula Agustus 2021, mendapati keberanian menembus 20 kilometer di pagi hari menuju Gedung Migas Ibnu Sutowo Jakarta Selatan. Terlebih dengan adanya aplikasi strava versi gratisan, seolah menjadi mentor dalam mengukur kebugaran fisik.

Enam hari kerja di bulan Februari 2022, kulewati dengan naik sepeda. Berapa hari untuk bulan ini, Maret? Tentu berharap terus meningkat sampai seluruh hari dapat naik sepeda ke kantor. Rute Raden Sanim ke Kahfi satu, lanjut Herman susilo ke cilandak KKO.

Jalan Ampera Raya, dengan kenangan berjalan kaki menuju tempat training bekerja. Bangka tengah ke pasar buncit raya, dan memori kemacetan di mampang prapatan sampai perempatan kuningan. Berujung ke HR Rasuna Said.

40 kilometer pulang pergi menjadi keasyikan untuk dinikmati. Sepedaan ngantor menunggangi seli tern D8. Sampai kapan mulai mereda, tentu mengikuti perkembangan fisik dan kondisi jalan raya. 

Senin, 07 Maret 2022

Sepedaan Jogja


27 Februari 2022 sepanjang 59 kilometer berdurasi 3 jam 12 menit, sepedaan di Yogyakarta. Berada di wilayah dalam provinsi tempat kelahiran, aku pun tak asing menentukan rute bersepeda sendirian. Mengawali pedal dari Sucen Triharjo Sleman Yogyakarta bertemu Jalan Letkol Subadri dimana melewati kalakijo, ngangkrik, cimpling dan terhubung dengan Jalan cebongan.

Tak lupa menengok dimana dokter Kadir, langganan suntik tatkala badan sakit dimasa kecilku. Jalan mengarah pundong dan bedingin melintasi sekolah mataram, sungai buatan zaman belanda yang membelah kota Yogyakarta. Kenangan dan jajanan belut goreng di pasar godean mengantarku mengarah ke pasar bibis di gamping.

Pemandangan persawahan pagi hari itu dengan beberapa penampakan mobil plat non AB menunjukkan Yogyakarta satu diantara tujuan pelancong domestik. Pun terlihat Wisata kuliner di pinggiran kota Jogja begitu menjamur. Tak jarang pesepeda kutemukan sebelum akhirnya sampai ke warung Soto Kadipiro.

Lurus dari jajanan khas sarapan pagi para penikmat soto, jepretan di depan gedung Bank Indonesia sebagai cagar budaya kukirimkan ke istri. Keriuhan jalan Malioboro yang terlihat di KM 0 Jogja itu menunjukkan kembali bahwa kota budaya dan pelajar tetap menjadi destinasi wisata.

Segment Blok O ke Janti melewati Gembira Loka menyisakan kenangan yang telah terkubur dalam dalam. Detak jantung pun berdegup kencang kalaumengejar rombongan sepeda onthel yang melewati Flyover. Sampailah di jalan ringroud utara sebelum sampai ke Bandara Adisutjipto yang kini telah sepi. Ya... Karena Bandara Yogyakarta berpindah ke YIA di Kulonprogo.

Sepedaan pagi itu pun terhenti dengan warung soto di pinggir jalan, tepatnya selatan SMPN I Kalasan. Tak berapa lama semangkuk soto dan es teh manis seharga dua belas ribu rupiah, arah roda berbelok menuju ke Pakem. Arah utara dimana akan bertemu di daerah Indekost kampus UII.

Angan pun melayang, andai mampu membeli sepetak tanah dan kubangun rumah kost mahasiswa. Atau kemudian belajar berdagang seperti membuka warkop atau warung makan untuk pelajar yang datang dari luar Jawa.

Terik matahari dan jalan menanjak arah kaliurang itu tak mampu aku taklukkan. Jalan tembus ke pandanaran segera mempertemukan tujuan akhir Jabung Pandowo Harjo Sleman Yogyakarta. 

Sepedaan Roda Vit



Sejak Tugu Tanah Baru menginjak ke Kahfi2, rantai ternyata D8 sempat terlepas. Persis di depan tempat pemakaman itu, rantai berlumur oli harus sedikit berpindah ke tanganku. Jalan Kahfi 2 pun terlewati dengan adanya plang Rumah Sakit Zahira.

Segment Jakartamiles mengantarkan roda Vit ke jalan Cilandak KKO. Aku dan Pak Baderi segera meluncur ke jalan TB Simatupang arah Lebak Bulus. Tatkala melewati Arsa hiscope Fly Over, detak jantung cukup kencang. Begitu melihat ke belakang, rekan roda Vit terhenti.

"Foto foto pak" Celetuknya persis sebelum pom bensin Shell. Ya... Foto foto menjadi alasan penting, setidaknya penting untuk memberi jeda pada detak jantung yang terpacu dari jalan tanjakan.

Dadi MRT Fatmawati ke Jalan Adhiyaksa sedikit santai. Pepohonan tinggi di sepanjang jalan komplek kejaksaan RI cukup memanjakan paru paru. Udara segar di pagi hari bersamaan sepedaan di sepanjang Adhiyaksa itu menjadi kenangan roda Vit.

Minggu, 22 Agustus 2021

Sepedaan Danau Cisawang

Dapuran pring di RT 2/3 Kampung Pabuaran, Desa pabuaran kecamatan Gunungsindur menghentikan laju sepedaku. "Bentar aku pasang video, jalannya terlihat menantang" celetuk Abid yang berada di depan. Aku yang berada di tengah terus melaju dan terhenti tepat di bawah pohon bambu. 

"Wah, iso selip ki, ban ku ra cocok" Kata Pardi yang mengiringi di belakangku. Jalan setapak di tengah sawah yang ditempuh kurang lebih 5 menit itu mengantarkan untuk bertemu dengan Danau Cisawang. 

Mendekati Jam 9 pagi, sampailah pada tujuan sepedaan sejak direncanakan sebelumnya. Tepat depan Taman Pratama Tanah Baru, butuh dua jam untuk menuju Danau Cisawang yang hanya berjarak 25 KM. Dan disana sudah menunggu arif, temen kita yang lain. 

Akhirnya, empat puluh lima menit bercengkerama, ngobrol ringan di pinggir danau diiringi segelas kopi hitam. Sepedaan bersama temen kuliah telah menembus sisi lain cerita pertemanan. Dan uji stamina beserta otot kaki menembus pula nyali kebersamaan. Bersama bersepeda. 






Kamis, 19 Agustus 2021

Ngepit ke 9 ,Strava

66,4 KM pada strava memantik semangat ngepit. Pergi dan pulang kantor mengendarai sepeda, ku sebut dengan "ngepit" Tak memandang lagi terik mentari yang melewati jam sembilan pagi. Kelar mandi, segera meluncur ke arah Gedung Ibnu Sutowo dengan bersepeda. 

Arah pulang, kucatatkan 90 menit dengan jarak 22 - 24 KM. Perbedaan rute jalan arah pulang, terpaut 1-2 KM. Hari ini, 19 Agustus kupilih rute bangka tengah tembus ke kemang. Rute jalan pulang yang menceritakan era bujangan. 

Akhirnya, strava menjadi teman dalam bersepeda. Mode free trial yang disediakan penyedia, cukup menghibur untuk diri dapat mengukur kecepatan bahkan tingkat elevasi rute jalan. 

Rabu, 18 Agustus 2021

Sepedaan "ngepit"ke-8

Menjelang sore, gemeter dari rasa haus dan lapar mendera begitu hebatnya. Terik diantara gedung bertingkat itu mengiringi ketidakberdayaan stamina. Hingga akhirnya di pojok ragunan itu, sebutir kelapa muda menjadi pengobat untuk menyelesaikan 10 KM  sebelum sampai di rumah.

Berani? bersepeda menerobos padat lalu lintas kendaraan bermotor 🚘 seputaran jakarta Selatan di hari kerja. Rabu, 18 Agustus 202 adalah serial ke delapan. Sejak awal Juni 2021, kuberanikan menjajal sepeda sebagai alat transportasi menuju tempat kerja. 

Kantor hanya mewajibkan sekali dalam seminggu selama masa PPKM Darurat. Itu pun jika tidak diselingi ikut diklat seminar pelatihan sosialisasi secara virtual. Target 12 kali untuk dapat "ngepit", moga bertemu kesempatan dan keberanian.

Beda,  ngos ngosan plus pegel di kaki untuk 20 KM  🚴🚲 sekali jalan di pagi hari dengan arah pulang. Memilih " Ngepit " ke kantor adalah insight diri mensyukuri atas karunia pilihan transportasi. 



Selasa, 17 Agustus 2021

Sepedaan 17an

"jadi gowes pakai kaos merah besok pagi?" Tulis Pak RT Eko lepas doa bersama warga Villa Tanah Baru di WAG Roda Vit semalam. Kaos baru warna merah berlogo 76 "Indonesia Tangguh , Indonesia Tumbuh" memantik kembali kebersamaan sepedaan. 


"Jam 8 upacara, kalau rute deket ikut .. woooke... 🚴‍♂️💨🤭🤭" Saut Pak Baderi. Sautan di WAG, membuktikan kesetiaan berkomunitas meski tuntutan Upacara Bendera virtual dari di kantornya. 

Tak lama lepas kompromi rute, jepretan gambar Pak Jaka, security VTB melepas jalannya roda Vit. Begitu juta hamparan tanah merah rencana lanjutan Tol DESARI (Depok - Antasari) menjadi latar foto kedua. 


Akhirnya, lima participant telah mencatatkan diri sepedaan 17an sekaligus melaunching seragam baru, kaos Roda Vit Merah. Tepat sebelum jam delapan pagi, rombongan sepedaan warga villa tanah baru telah kembali di VTB.