Cumen cerita, Menyibak hikmah, ngaji, serba serbi, syukur, keseharian, hiburan, mikir, kearsipan

Sabtu, 30 April 2022

Bapak

Fisik yang terlihat menua, umur kadaluarsa menjadi fitrah setiap manusia di dunia. Pun itu pada Bapaku, kelahiran 1959 yang lalu. Dimasa tua, nasib mu telah mempesona. Setidaknya sebagai idolaku. Tak meragukanku kalo usaha kerasmu telah mencapai titik puncaknya.

Perjalanan panjang lelaki dengan dua anak ini, hanya mampu diceritakan demi penghargaanku kepadamu. Sudut pandang yang terus berseberangan menjadikan anak lelakimu tumbuh mapan. Ya, mapan setidaknya dari kondisi sekitar tempat tinggal.

Ingatan ini terpenuhi sifat kerja keras seorang buruh bangunan. Dari satu tempat ke tempat proyek bangunan, langkah kakimu berjalan demi memberi penghidupan anak dan istri. Pun menjaga bangunan rumah dari peluh, sedikit demi sedikit hingga mampu menjadi hunian kedua anakmu.

Di tahun 2002, bapak harus menjalani takdir seorang diri. Piala Dunia 2002 dengan kehadiran Ronaldo sebagai pemain terbaik menjadi kenangan bersama bapak. Harga televisi panasonic satu juta lima puluh ribu itu masih kau ingat baik.

Dua puluh tahun berpisah dengan ibuku, hanya rasa pengabdian terbatas dari diriku. Nasib kehidupan ku yang berjarak lebih lima ratus kilometer dari jangkauan, belum mampu kuganti dengan telepon dan video call sesuai harapanmu. 

Setidaknya, hanya mampu mengunjungi dua bulan sekali atau bahkan 6 bulan sekali dan paling lama satu tahun sekali. Tak jarang kelakuan obrolan itu muncul, namun rasa sayang dan hormat kau terus tertuju padamu. 

Tidak ada komentar: