Cumen cerita, Menyibak hikmah, ngaji, serba serbi, syukur, keseharian, hiburan, mikir, kearsipan

Selasa, 25 April 2023

Parangtritis

Ajakannya bermain ombak dan pasir pantai, menyasar perjalanan ke Parangtritis. Sejak kedatangan di Sleman Yogyakarta untuk episode Mudik, Dipta terus mengingatkan main di pantai. Begitu pula kakaknya yang terngiang bermain ombak laut selatan Yogyakarta.

Senin, 24 April 2023 cerita kegulung ombak laut. Bertepatan di lebaran ketiga versi Muhammadiyah, wisata alam nuansa laut kidul menjadi penggalan cerita Nasywa, Dipta, dan Rara.

Tiket masuk senilai sepuluh ribu rupiah per orang diberikan ke petugas Tempat Pembayaran Retribusi (TPR) di Jalan Parangtritis. Tak berapa lama setelah parkir kendaraan dengan tebusan sepuluh ribu rupiah, hamparan pantai yang dijejali pengunjung menjadi arena bercengkrama.

Sebelum kaki menyentuh air laut, penjaja jasa foto langsung cetak pun mengingatkan pentingnya memori kebersamaan. Dua puluh ribu rupiah untuk foto ukuran besar dan harga separonya untuk yang lebih kecil.

Teriakan histeris Nasywa kala Dipta terdorong ombak pun memeriahkan suasana pantai Parangtritis. Rara pun berhasil mengubur ketakutan kala terkena ombak sevara tiba tiba. air laut yang memenuhi punggungnya pun menetralisir keterkejutan.

Dua jam bermain di pantai tak juga memenuhi kepuasan seru bermain ombak pantai parangtritis. Ekspresi protes Dipta pun meledak kala terdengar ajakanku untuk pulang. "butuh tiga jam pikirku untuk perjalanan kembali ke rumah" pikirku kala harus memutuskan berhenti bermain ombak dan pasir pantai parangtritis.

Tangisan Dipta pun terhenti kala tawaran layang layang seharga empat puluh ribu plus benangnya. Keseruan bermain layan layang pun tak berlangsung lama ketika kudapati Dipta dan ibunya menyusul di Kamar Mandi dekat parkir mobil. 

Tidak ada komentar: